Jumat, 13 Februari 2015

Membuat Film Sablon Kaos

Sebelum kita membahas bagaimana mengatur film untuk sablon kaos dan untuk offset, terlebih dahulu kita mendifinisikan apa itu film untuk offset dan sablon.
Pengertian film: adalah suatu lembar transparan (plastik atau kertas kalkir) yang berisikan gambar hasil print out dari komputer ataupun gambar tangan, yang nantinya gambar tersebut akan kita transfer ke media berikutnya dalam urutan proses cetak (misalnya screen atau plat).
Nah, untuk teknik cetak offset, gambar yang telah kita buat tinggal kita simpan dalam media penyimpanan data baik itu disket, cd atau flash disk, kemudian kita bawa ke penyedia jasa output film. Penyedia jasa output film inilah nantinya yang akan melakukan output gambar yang kita buat tadi menjadi film yang siap untuk proses pembuatan plat atau master.
Tergantung dari pewarnaan gambar yang kita buat, film yang dihasilkan merupakan hasil pemisahan warna per warna (separasi) yang secara otomatis dilakukan oleh peralatan (mesin) output film. Tanda-tanda register, color calibration bardll, semua diatur oleh mesin/peralatan output. Kecuali untuk cetakan satu warna dengan mesin offset kecil dan menggunakan master (basah atau kering), film bisa berupa hasil print out printer laser diatas kertas.
Sedangkan untuk film sablon, lebih sering kita harus melakukan pemisahan warna per warna terlebih dulu, memberi tanda register yang sama persis untuk setiap warna yang kita pisahkan sebelum gambar kita output menjadi film. Kita tidak mesti harus membawa ke penyedia jasa output film. Kita bisa output sendiri film tersebut dengan printer yang dapat mencetak di atas lembar transparan dan memiliki ketajaman yang tinggi (printer laser).
Perbedaan utama antara film sablon dan film offset dapat kita sebutkan diantaranya adalah :
1. Tanda register yang untuk sablon biasanya harus kita buat sendiri, terutama untuk gambar dengan dua warna atau lebih.
2. Besarnya masukan (overprint) antara warna satu dan warna lainnya.
3. Teknik pemisahan warna untuk warna gradasi. kaos sablon
4. Nilai raster (lpi) untuk gambar-gambar dengan gradasi warna ataupun separasi.
Ada baiknya kita pelajari satu per satu.
1. Tanda register

Misalkan kita memiliki gambar logo sebuah hotel yang terdiri atas tiga warna seperti di bawah ini:



Sebelum kita melakukan pemisahan warna gambar tersebut, kita mesti memberikan tanda register. Biasanya berupa garis tipis saling silang atau dengan tambahan lingkaran di tengahnya. Tujuannya adalah untuk memudahkan penyocokan gambar warna per warna bila sudah berbentuk film, serta untuk pengaturan posisi film di atas screen agar lebih mudah dan lebih tepat. Untuk proses sablon kaos, pencetakan dilakukan secara manual (dengan tangan). Penempatan screen di atas meja sangat menentukan ketepatan gambar hasil cetakan. Pengaturan posisi gambar di atas screen juga menentukan pengaturan screen di atas meja. Penempatan posisi gambar di atas screen yang tidak sama antara warna satu dengan warna lainnya akan menyulitkan operator cetak, bahkan dapat membuat hasil cetakan yang tidak pas (berbayang, tidak “pasti”).
Gambar di atas terdiri dari tiga warna, yaitu kuning, orange dan biru. Setelah kita pisahkan warna per warna, maka kita akan memiliki tiga gambar seperti berikut:
Gambar yang lebih di atas merupakan hasil pemisahan dari tiga warna gambar, yaitu kuning (gambar bintang), orange (dasar dan tulisan “five star hotel”) serta biru (logo tengah). Untuk menjadi film, semua gambar harus berwarna hitam. Sehingga gambar-gambar tersebut akan menjadi seperti gambar yang berada di barisan bawah. Perhatikan bahwa tiap gambar dengan tanda register merupakan kumpulan objek-objek dengan warna yang sama. Apabila di atas warna tersebut terdapat warna lain (di atas dasar orange ada bintang dengan warna kuning), maka warna lainnya di buat menjadi putih.
Langkahnya adalah pertama kita melakukan duplikasi gambar besertat tanda registernya sesuai dengan jumlah warna dalam gambar tersebut. Misalnya gambar memiliki tiga warna, maka setidaknya kita melakukan duplikasi menjadi tiga gambar yang sama. Kemudian pada setiap gambar kita hanya mengambil objek-objek dengan warna yang sama saja. Objek dengan warna lain kita hapus atau kita beri warna putih seperti pada contoh di atas tadi.
2. Besarnya Masukan (Overprint)
Pencetakan dengan sablon adalah pencetakan manual dengan menggunakan screen. Namanya juga pencetakan manual, pastilah memiliki tingkat ketelitian dan ketepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan mesin. Karena itu, penempatan warna satu dengan warna lainnya tidak bisa setepat dengan menggunakan mesin. Ambil contoh gambar kita tadi. Dengan teknik sablon, gambar tadi akan mengalami tiga kali proses cetak: yaitu pertama dicetak warna kuning (gambar bintang), kemudian warna orange (tulisan dan dasar), lalu terakhir warna biru (logo). Urutan cetak dimulai dengan warna yang paling muda, diikuti oleh warna yang lebih tua dst.
Karena memiliki tingkat ketepatan yang lebih rendah dari pencetakan dengan mesin, hasil cetakan dengan sablon lebih sering mengalami apa yang disebut dengan misregister atau warna meleset (lihat gambar di bawah).

Untuk mengatasi hal tersebut, film untuk sablon biasanya diberi nilai overprint (biasa disebut dengan istilah “masukan”) yang lebih besar. Tergantung dengan besarnya gambar, nilai tersebut tidak boleh lebih kecil dari 0,2 mm. Jika kita memberikan nilai yang terlalu kecil, maka akan terjadi misregister atau warna meleset pada saat pencetakan. Sebaliknya, nilai masukan yang terlalu besar juga akan menghasilkan cetakan yang seperti memiliki warna lain di luar warna yang kita gunakan.
Pengaturan pemberian masukan untuk film sablon adalah: untuk gambar dengan warna yang lebih muda, gambar tersebut kita perbesar sedikit dengan perintah contour (+ 0,2 mm) ataukah dengan memberikan outline (+0,4 mm). Jadi untuk contoh gambar kita, gambar setiap bintang kita perbesar dengan contour ke arah luar sebesar 0,2mm atau dengan memberikannya outline sebesar 0,4 mm.
Sedangkan untuk warna yang lebih tua kita buat tetap seperti adanya.
3. Pemisahan Warna Untuk Warna Gradasi

Film gradasi warna untuk sablon biasanya terdiri atas warna blok dan warna gradasi dengan titik awal warna putih. Misalnya kita punya gambar dua warna gradasi dari kuning ke merah. Film untuk sablon yang kita buat akan terdiri dari satu film blok (mewakili warna kuning) dan satu film yang merupakan hasil penukaran warna merah dengan hitam dan kuning dengan putih.( lihat gambar). Warna kuning kita buat menjadi satu warna blok (full hitam), karena kuning lebih “muda” dari merah.
4. Nilai Raster (Untuk Gradasi Warna atau Separasi)
Screen yang digunakan dalam teknik cetak sablon memiliki ukuran-ukuran yang menunjukkan tingkat kerapatan mesh yang digunakan. Ini dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar “lubang-lubang” yang dapat ditembus oleh tinta sablon. Makin besar angka mesh screen, makin kecil lubang-lubang itu. Begitu sebaliknya. Perbedaan jenis tinta yang kita gunakan dalam pencetakan akan menentukan nilai mesh screen yang kita pakai. Untuk jenis tinta plastisol atau oil ink misalnya, kita bisa menggunakan screen dengan nilai mesh 130 – 150. Tetapi nilai mesh tersebut tidak bisa kita pakai untuk jenis tinta rubber atau glitter. Tintanya tidak akan tembus. Untuk jenis rubber biasanya digunakan screen dengan mesh 110 atau kurang.
Sebelum kita membuat film untuk warna gradasi atau separasi, sebaiknya kita mengetahui dulu jenis tinta apa yang akan digunakan dalam mencetak. Ini nanti untuk menentukan seberapa besar nilai LPI yang kita tetapkan pada saat output film. Untuk film sablon, nilai LPI yang digunakan biasanya tidak akan lebih besar dari 60. Itu bisa digunakan untuk jenis tinta water base (pigmen), oil ink, ataupun plastisol. Sedangkan untuk jenis tinta rubber, nilainya harus lebih rendah dari itu. Biasanya maksimum digunakan 50 lpi, lebih sering digunakan nilai 30 – 35 lpi.


Minggu, 08 Februari 2015

Sablon Kaos Separasi


Separasi adalah membuat suatu gambar utuh (full color) menjadi terpisah-pisah sesuai dengan warna-warna penyusunnya, karena prinsip kerja alat pencetak gambar adalah mencetak berdasarkan warna per warna.

Nah, disinilah pentingnya film separasi, bagaimana kita memisahkan dan mengelompokkan warna-warna penyusun gambar dengan tepat sehingga hasil pencetakannya dapat sama atau minimal mendekati sama dengan gambar aslinya.

Proses cetak separasi umumnya menggunakan warna-warna proses (prosess color), yaitu cyan (C), magenta (M), yellow (Y), dan Black (K) sehingga biasa disebut dengan warna CMYK. Dari perpaduan (kombinasi, percampuran) keempat warna tersebutlah sebenarnya dapat dihasilkan berbagai wacam warna yang menyusun suatu image. Misalnya untuk menghasilkan warna merah dilakukan dengan memadukan warna yellow dan magenta.

Perbandingan persentase antara yellow dan magenta atau dengan tambahan warna lain akan menentukan warna merah seperti apa yang dihasilkan. Misal 100% magenta dipadukan dengan 100% yellow (perbandingan 1:1) akan menghasilkan warna red (merah). Sedangkan perpaduan 60% magenta dan 100% yellow (perbandingan 3:5) akan menghasilkan warna orange. Atau perpaduan antara 20% magenta, 20% yellow dan 60% black (perbandingan 1:1:3) akan menghasilkan warna dark brown. dst. Warna-warna lain yang tidak bisa dihasilkan dari perpaduan warna CMYK (misalnya biru/merah/kuning/cokelat/emas/dsb tertentu) akan dicetak menggunakan warna khusus (biasanya warna panthone). Meskipun ada juga proses cetak yang warna dasarnya bukan CMYK, tetapi menggunakan enam warna dasar (hexachrome) yang terdiri atas hexachrome yellow, orange, magenta, cyan, green, dan black. Tetapi umumnya yang digunakan adalah warna CMYK.

Jika kita buka printer warna kita, kita akan menemukan cartridge pada printer tersebut akan terdiri dari sekat-sekat warna yang berisi warna-warna cyan, magenta, yellow dan satu tambahan lagi warna black. Ini berarti setiap kali kita mencetak foto warna kita pada selembar kertas, kita telah melakukan proses cetak separasi. Hanya saja, kita tidak perlu melakukan pemisahan warna terlebih dahulu, karena komputer telah melakukan pemisahan warna secara otomatis dan mengirimkannya kepada printer, sehingga printer bisa “tahu” warna cyan misalnya harus dicetak di posisi sebelah mana saja. Begitu pula pada proses cetak dengan menggunakan mesin cetak ataupun sablon, gambar dicetak dengan “menempatkan” warna-warna tertentu pada titik-titik bidang tertentu, yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk gambar yang diinginkan (misalnya foto kita). Tentu saja kita (melalui bantuan komputer) yang memisahkan penempatan warna-warna tersebut (dalam bentuk film, yang kemudian dibuat plat atau screen).

Bagaimana gambar foto kita, misalnya, ingin kita cetak pada kaos melalui cara sablon? kaos sablon / sablon kaos
Sekarang ini ada sistem sablon yang dikenal dengan istilah sablon digital. Gambar (foto) yang ada di komputer dengan menggunakan printer dan tinta khusus dicetak di atas kertas khusus (mirip kertas hvs biasa) dengan sistem mirror (gambar di flip – sisi kiri ada di kanan). Hasil cetakan di atas kertas ini kemudian ditempelkan di atas bahan kaos pada posisi yang diinginkan, lalu dipress dengan mesin hot press (bisa juga disetrika dengan tekanan, tapi mungkin hasilnya kurang memuaskan) dan kertasnya dilepaskan. Maka gambar yang tadinya ada di atas kertas akan berpindah (ditransfer) ke atas kaos sablon kita. Itulah sebabnya cara ini dikenal juga dengan istilah transfer print (direct print digunakan untuk pencetakan langsung di atas bahan).

Keunggulan teknik transfer print adalah proses cetak separasi dapat dilakukan dengan lebih cepat, lebih presisi dalam hal kesamaan warna-warna dengan aslinya, serta lebih praktis dalam pengerjaannya. Kelemahannya adalah sistem ini membutuhkan peralatan dan bahan-bahan khusus yang harganya lebih mahal, serta hasil cetakan yang tipis-tipis saja. Kertas yang digunakan hanya bisa dipakai untuk sekali cetak. Disamping itu, teknik ini hanya bagus diterapkan pada bahan-bahan tertentu dengan warna dasar putih.

Ada juga transfer print yang digabungkan dengan teknik sablon. Gambar yang akan ditransfer ke atas bahan adalah hasil cetakan sablon di atas kertas stiker khusus dengan tinta khusus stiker. Teknik sablonnya sama saja dengan sablon yang lain, hanya saja film yang diafdruk di atas screen di-mirror (di flip horizontal — kiri di kanan), dan urutan pencetakan warnanya dibalik (warna background/warna yang lebih tua dicetak terlebih dahulu) di atas stiker. Setelah semua warna dicetak di atas stiker, kemudian terakhir dicetak lem stiker yang film-nya adalah dibuat mengikuti bentuk gambar secara keseluruhan (biasanya dilebihkan sepersekian mili sekeliling gambar). Baru setelah hasil cetakan di atas stiker tersebut kering, stiker diletakkan diatas bahan kemudian dipress dengan dengan heat rolling press atau hot press, dan stiker dilepaskan perlahan-lahan.

Keunggulan transfer print sablon stiker ini dibanding transfer print dengan printer adalah dapat menghasilkan cetakan yang lebih tebal atau cetakan timbul dan tetap bagus untuk semua warna bahan. Kelemahannya pada proses cetak yang lebih rumit dan, karena menggunakan teknik cetak sablon, untuk cetak separasi jauh lebih sulit untuk mendapatkan warna hasil cetakan yang pas.
Bagaimana dengan sablon konvensional untuk mencetak separasi?

Sablon konvensional (manual) tetap bisa mencetak separasi. Hanya saja ini membutuhkan meja khusus jika ingin mendapatkan hasil yang bagus.

Ini memungkinkan penempatan posisi tiap screen akan sama untuk semua bahan (lebih baik kalau bahan yang masih berbentuk potongan — bukan baju/kaos jadi), sehingga hasil yang didapat sama untuk tiap bahan.

Meski begitu, pengaturan posisi screen awal pada pencetakan sablon direct print untuk separasi sangat menentukan hasil yang didapat.